Beberapa minggu yang lalu, salah satu teman saya menanyakan
tentang “Green Campus” di sini,
seperti apakah ada hal tersebut di sini dan jika ada, bagaimana cara kerjanya. Oleh
karena itu, saya akan menulis mengenai hal ini dan relevansinya di tulisan ini.
Jadi, sekolah saya atau UWC Robert Bosch College sendiri
adalah salah satu dari 15 UWC di seluruh dunia dengan fokus utama pada berkelanjutan
atau lingkungan hidup. Mungkin kata “berkelanjutan” atau “sustainability” sedikit asing bagi telinga orang Indonesia. Tetapi,
banyak orang yang lebih menggunakan kata ini dibanding kata lingkungan hidup
atau “environment” sebab masalah ini
tidak hanya mengenai lingkungan hidup, tetapi juga secara sosial dan ekonomi.
Kota di mana saya tinggal, Freiburg, Jerman, merupakan salah
satu kota hijau dengan gerakan mengenai berkelanjutan ini sangatlah besar.
Pembangkit listrik dengan sumber daya terbarukan didirikan di mana-mana,
seperti panel surya, turbin air, dan kincir angin. “Peternakan” panel surya ada
di mana-mana di kota ini, bahkan di rumah-rumah warga. Sekolah saya sendiri
mendapatkan sebagian listriknya dari panel surya di atap-atap asrama kami. Sungai terdekat dari sini, Sungai Dreisam,
juga memiliki generator listrik bertenaga air yang bisa saya lihat dengan mata
kepala sendiri.
Saya kurang tahu apakah fenomena ini terjadi di seluruh
Jerman atau tidak, tetapi di sini gaya hidup masyarakatnya sudah ramah
lingkungan. Salah satu contoh yang saya kageti adalah penggunaan botol plastik.
Setiap pembelian botol plastik seperti air mineral, kita harus dikenakan biaya
lebih untuk membayar botol plastik tersebut (sekitar 25 sen). Mengapa? Sebab di
sini kita dapat menemukan ATM botol plastik, di mana kita dapat me-refund uang yang kita bayar jika kita
mengembalikan botol plastik tersebut. Tujuannya sendiri adalah agar “memaksa” warga
untuk membuang botol plastik tersebut pada tempatnya sehingga mudah didaur-ulang.
Sistem unik lainnya adalah sistem pembuangan sampah di sini.
Setiap bangunan diwajibkan untuk memiliki pengolahan sampah yang teratur, yang
dipisahkan menjadi kertas, plastik, kompos, botol gelas dan barang sisa (barang
yang tidak masuk ke definisi lainnya). Jika dalam inspeksi ditemukan pengolahan
sampahnya berantakan, maka pemilik bangunan tersebut dapat dikenakan denda
hingga jutaan rupiah. Jadi, sangat amat jarang kalian akan menemukan sampah
tergeletak sembarangan disini. Dalam pengolahan sampah, Zero Waste Lifestyle juga mulai dimaraki dengan mengurangi jumlah
sampah dan prinsip 5R (Recycle, Refuse, Reduce, Reuse, Replace) juga menjadi
pedoman.
Mode transportasi juga sudah ramah lingkungan. Di sepanjang
jalan perumahan maupun jalan raya, jalan sendiri dibagi menjadi lajur bagi
pesepeda, pejalan kaki, dan kendaraan bermotor. Hal ini sangat memudahkan dan
membuat masyarakat merasa aman untuk bersepeda, sehingga kita dapat menemukan
banyak sekali pesepeda di sini.
Transportasi umum pun juga tidak kalah diminati, seperti Tram, Bus, dan Kereta.
Mobil juga masih banyak ditemukan, tetapi termasuk sepi dan banyak digunakan
hanya di pusat kota. Motor pun tetap ada! Tetapi, jumlahnya sangatlah minim, karena
kesadaran masyarakat sendiri sudah tinggi dan biaya yang diperlukan juga tidak
kalah besar.
Untuk konsumsi sehari-hari, supermarket pun sudah banyak
menyediakan produk ramah lingkungan, seperti organik dan fair trade. Fair Trade
adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen
(perajin,petani,nelayan,dsb) yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang
adil (dikutip dari forumfairtradeindonesia.org). Produk organik sendiri
maksudnya adalah produk tersebut lepas dari bahan kimia buatan yang berbahaya.
Restoran-restoran di sini juga sudah menawarkan produk vegetarian yang
mengikuti tren pola hidup ramah lingkungan.
Mungkin saya sendiri belum menyinggung banyak mengenai
Green Campus. Tetapi, kurang lebih apa
yang saya jelaskan sudah menjadi gambaran
Green
Campus di sini karena sebenarnya, kontributor CO
2 terbesar dalam
gaya hidup sehari-hari bersumber dari transportasi, makanan, dan pengolahan
sampah. Sebagai tambahan, di sini banyak sekali kegiatan yang membicarakan “berkelanjutan”
dan semacamnya, seperti “
Sustainability
Day” dan “
Meat Discussion”. Adapun
kegiatan terbaru di sini yang berhubungan adalah pembuatan blog
UWCOP (mari
mampir!) sebagai
live report dari konferensi
yang sedang berjalan: COP21 (cek di tulisan saya lainnya).
Sebagai penutup, memang sih di sini gerakan berkelanjutan
sudah maju karena memang telah dimulai dari waktu lama. Dibandingkan dengan
Indonesia, Indonesia sendiri masih di belakang. Tetapi, ini bukan waktunya untuk pesimis. Kita
bisa melihat perkembangan gerakan semacam ini di Indonesia juga tumbuh pesat.
Maka, saya harap tulisan ini pun bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dan gerakan
berkelanjutan di Indonesia :)