Monday, February 29, 2016

Hak Istimewa?


Sebenarnya, hari ini saya tidak berencana untuk menulis tentang hal ini, melainkan tentang topik yang saya pelajari di Global Affairs minggu kemarin. Saya menulis ini karena saya merasa hal ini penting untung diserap dan dimengerti oleh kebanyakan orang Indonesia, yang kemudian bisa digunakan ke isu-isu yang ada sekarang di masyarakat, seperti masalah SARA, gender, orientasi seksual, dan semacamnya. 

Tulisan saya ini didasarkan oleh opini seorang aktivis dalam persamaan gender, Gina Crosley-Corcoran, di huffingtonpost.com. Dalam tulisan yang berjudul “Explaining White Privilege to A Broke Person”, ia membahas tentang hak istimewa yang dimiliki oleh orang kulit putih. Masalah ras sebenarnya sudah jauh lebih baik di dunia ini sekarang dibanding beberapa dekade yang lalu. Tetapi, ada beberapa orang yang mengucapkan istilah “White Privilege” atau hak istimewa orang kulit putih, yang kemudian ada beberapa pihak yang tersinggung, karena mereka (baca: orang kulit putih) merasa tidak pernah diberi hak istimewa apapun.

Berbeda dengan hak asasi, hak istimewa adalah hak yang dimiliki orang tertentu karena suatu posisi atau kondisi yang dimiliki orang tersebut. Memang, kita sebagai masyarakat tidak pernah memberi hak istimewa apapun kepada orang kulit putih secara langsung. Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, secara tidak langsung memang ada hak-hak yang hanya dimiliki sekumpulan orang tertentu. Dalam tulisan Gina, ia menyebutkan hal-hal ini sebagai contoh:

  • Kewarganegaraan: menjadi warga negara tertentu, seperti Amerika, tentu memberikan hak-hak yang tidak dimiliki warga negara lain.
  • Kelas sosial: dilahirkan dalam keluarga dengan keuangan yang stabil dapat menjamin kesehatan, kebahagian, keamanan, pendidikan, kecerdasan, dan kesempatan dalam masa depan yang tidak dimiliki keluarga kurang mampu.
  • Orientasi seksual: dilahirkan sebagai heteroseksual dijamin secara hukum dan memiliki rasa aman dimasyarakat
  • Jenis Kelamin: dilahirkan sebagai laki-laki membuat kita tidak perlu takut akan perkosaan pada tengah malam
  • Kemampuan: dilahirkan tanpa keterbatasan membuat kita tidak perlu merencanakan hidup kita di sekitar akses kebutuhan-kebutuhan khusus.

Dan dari saya sendiri, saya juga dapat menyebutkan banyak contoh bagaimana kita diuntungkan atau memiliki hak istimewa dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sederhananya: menjadi orang Asia. Saya sangat diuntungkan karena sebelumnya saya telah menempuh pendidikan Asia (baca: kurikulum 2013 :D) yang cenderung sulit, sehingga setidaknya dalam ilmu eksak, saya sudah memiliki dasar yang lebih dibanding teman-teman saya yang lain. Tetapi, pada saat yang sama, berdasarkan beberapa opini, menjadi seorang (lelaki) Asia cenderung dipandang sebelah mata, khususnya secara fisik, yang sebenarnya juga bukan masalah bagi saya.  

Contoh kecil lainnya lagi adalah menjadi orang Islam di Indonesia. Bagi orang-orang non-muslim, mereka kadang-kadang perlu berjuang demi melaksanakan kegiatan tertentu sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Intinya sih sederhana, apabila kita beruntung dilahirkan dengan “hak-hak istimewa” tersebut, bersyukurlah! Saya pun teringat dengan ayat Al-Quran yang berulang-ulang diucapkan dalam surat Ar-Rahman, yang berarti: “Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?”. Pokoknya, jangan lupa bersyukur!
Tetapi, bersyukur saja tidak lah cukup. Kita juga perlu benar-benar sadar akan adanya orang-orang yang tidak memiliki hak-hak istimewa tersebut, yang berjuang mati-matian demi apa yang mereka perjuangkan. Cobalah ikut berpartisipasi memperjuangkan hak-hak orang tersebut, kalau bisa, dengan cara apapun. Atau setidaknya, seperti dalam isu orientasi seksual yang sedang hangat di Indonesia, cobalah untuk sadar bahwa mereka sedang berjuang mati-matian demi rasa aman bagi diri mereka sendiri. Walau seandainya kalian tidak memiliki pendapat yang sama, setidaknya cobalah untuk memberi reaksi yang positif dan membangun. Dalam kasus di atas, mungkin kita bisa memberi dukungan mental, seperti mendengarkan cerita mereka dan/atau secara perlahan membawa ke arah yang lebih baik (kalau bisa – saya pun tidak tahu).

Dunia ini memang tidak lah adil. Selalu ada beberapa pihak yang lebih diuntungkan dibanding yang lain. Tetapi, alangkah indahnya dunia ini, kalau semua orang berusaha untuk membuat dunia ini lebih adil dan lebih indah, ya kan? :)

Salam hangat,
Bayu Ahmad

Sunday, February 14, 2016

Humans of New York



Pertama-tama, saya mau minta maaf banget kalau belum pernah update tulisan baru lagi sejak beberapa minggu. Belakangan ini saya sedang sibuk menyiapkan beberapa projek yang lumayan besar, jadi waktu saya lumayan tersita. Beberapa waktu yang lalu juga, saya sudah sempat membuat vlog dalam Bahasa Inggris mengenai aktivitas sehari-hari di sekolah saya, UWC Robert Bosch College. Kalau berminat, silahkan mampir disini:

 



Berhubung saya sudah “kebelet” untuk mem-publish tulisan baru, jadi saya hanya ingin menyebarkan sedikit informasi saja kali ini. Kali ini, saya mau nge-share tentang projek bernama “Humans of New York”. Jadi, di New York, AS, ada seorang pria bernama Brandon Stanton yang memulai sebuah projek fotografi sekaligus jurnalistik pada musim panas 2010, dimana ia pada awalnya berniat untuk mengambil foto dari 10.000 penduduk New York, yang ia namakan “Humans of New York”.

Namun, ternyata projek ini berlangsung dengan sangat berhasil, karena konten jurnalistik yang di-pos yang dirilis oleh Brandon ini benar-benar unik dan dapat menguak sekilas cerita hidup di dalam masing-masing orang yang ia foto dan ajak bicara. Selain hanya di New York, ia juga sudah pernah pergi ke Turki tahun lalu untuk mengunjungi para pengungsi di sana dan melakukan beberapa wawancara. Ia juga telah melakukan beberapa kegiatan sosial yang telah berlangsung dengan sangat berhasil. Kali ini, ia sedang mengunjungi beberapa penjara lokal untuk “menguak cerita terpendam” di balik beberapa tahanan di sana. Dan kalau bisa komen, itu memang keren abis.

Bagi yang penasaran bagaimana sebenarnya “cerita-cerita” yang ia rilis, silahkan langsung ke halaman Facebook “Humans of New York” disini: https://www.facebook.com/humansofnewyork/ dan website-nya di: www.humansofnewyork.com/. Hampir setiap hari ia rilis foto dan cerita yang baru, jadi bakal membuka wawasan banget deh kalau kalian nyoba sempatin mampir ke website/FB projek ini setiap (beberapa) hari. Hitung-hitung mengasah Bahasa Inggris juga :D

Projek ini juga sudah “ditiru” di berbagai tempat, dari Singapura, London, bahkan di UWC-UWC seperti di UWC Pearson College, Canada dan UWC Mahindra College, India. Nah, sebentar lagi saya akan merilis “Humans of RBC” dimana saya juga “meniru” projek ini di sekolah saya, UWC Robert Bosch College, yang saya juga akan kombinasikan dengan konteks budaya dan negara asal orang yang saya wawancara. Jadi, tunggu aja ya!

Have a nice day,
Bayu Ahmad
­